Minggu, 09 Juni 2013

Wanita Dinikahi Karena 4 hal

1.materinya,
2.keturunannya,
3.kecantikannya, dan
4.agamanya

Mayoritas kalangan memaknai kolom kosong dari terjemahan hadits di atas dengan "karena". terjemahan lengkapnya menjadi "wanita dinikahi karena 4 hal".
sementara bagi kalangan lain (dari kelompok yang sangat minim sekali) lebih sedikit egaliter dari kelompok pertama, memberi terjemahan pada kolom kosong itu dengan redaksi "untuk". sehingga terjemahan lengkapnya menjadi "perempuan dinikah untuk 4 hal".
dan memang jika direfer pada bunyi pelafalan arab dari hadits itu adalah "tunkahu al mar'ah li arba'"
pada level kekayaan kosa kata, bahasa arab memiliki varian terjemahan untuk satu suku kata. redaksi 'li' dalam hadits yang kita singgung, ditemukan bahwa ia tidak saja didominasi oleh pemaknaan tunggal, yaitu "karena". dalam keterbatasan penulis tentang bahasa, redaksi ini, selain artinya adalah "karena" sebagaimana yang disinggung, juga ditemukan bermakna "untuk".
perbedaan makna untuk satu redaksi arab "li" ini mampu memberi sudut pandang yang sama sekali bertolak belakang. pemaknaan "perempuan dinikah karena 4 hal" memunculkan kesan ketergantungan calon mempelai pria kepada wanitanya, sebab wanita dalam pemaknaan "karena 4 hal" menjadi poros sebab wanita itu dinikah. sehingga muncul kesan bahwa penentu nasib lelaki adalah karena keberuntungan wanita yang berkarakter 4 hal itu.
nah bagaimana jika ada wanita yang kurang beruntung? alias mungkin sama sekali tidak memiliki bahkan satu karakterpun dari singgungan hadits Rasul tsb? apa ia memang telah tertutup baginya takdir mendapatkan lelaki baik lantaran ia tidak qualified dengan ciri hadits diatas?
keresahan tersebut agaknya bisa sedikit diatasi jika terjemahan hadits itu diubah dengan memaknai "li" itu dengan "untuk".sehingga terjemahan lengkapnya menjadi "perempuan dinikah (lelaki) untuk 4 hal". pemaknaan "untuk" dinilai agak sedikit egaliter dari pemaknaan pertama. jika pemaknaan pertama memposisikan wanita sebagai obyek dan poros kepantasan untuk dinikah sekaligus juga penentu nasib lelaki. maka pemaknaan kedua justru lelakilah yang menjadi poros subyek penentu nasib wanita yang dinikahinya. pemaknaan kedua ini sangat beralasan, sebab jika ditarik pada faktor yang tersebut dalam hadits itu antara lain adalah materi, nasab, kecantikan dan agama lebih mendekati pada tugas fihak lelaki ketimbang wanitanya. sebab penentu nasab adalah garis lelaki, pencari materi adalah lelaki, yang bertindak imam adalah lelaki, dan penjaga 'iffah' keluarga adalah lelaki. lelakilah pencari nafkah keluarga, lelakilah penentu garis nasab, lelakilah pemercantik pasangan wanitanya dan lelakilah "imam" dalam keluarganya.
hadits ini justru memposisikan dirinya menjadi pemertegas dari apa yang seharusnya dilakukan oleh lelaki. hadits ini berbicara tentang kewajiban lelaki terhadap pasangannya, bukan saja tentang karakter wanita idaman, melainkan justru tentang lelaki idaman :D sehingga terjemahan hadits itu secara lengkap menjadi "wanita dinikah untuk (memperbaik) 4 hal: untuk materi, nasab, kecantikan dan agamanya". Inilah sejatinya tugas utama suami pd pasangan hidupnya.
lelaki idaman adalah yang mampu memberi nahkah yang baik pada pasangannya, lelaki idaman ialah dia yang lahir dari akar dan pohon tangguh, lelaki idaman yaitu yang mampu mempercantik istrinya dengan penuh perhatiannya, lelaki idaman ialah yang mampu jadi pemimpin baik bagi keluarganya.
sehingga wanita yang beruntung itu adalah ia yang mampu mendapatkan lelaki itu. dan lelaki yang beruntung ialah ia yang mendapatkan wanita yang bersedia menjadi pendamping setianya :)
semoga..

Tidak ada komentar :