Jumat, 12 Juli 2013

Perangko Air Mata

Bergerak setenang air
Bernafas sesejuk angin
Mempesona dalam kata
Terlukis dalam dinding-dinding jiwa.

Kutitipkan salam
dengan perangko tetesan air mata
Bertintakan darah
yang mengalir dari hati.

Mirah Ingsun berkata: 

"Rinduku menyatu dalam cinta"
Dalam palung sepi tersenyum
Namun tak terpandang olehnya
Hanya sepilah yang tersenyum menyapa.

Warna hitam pekat sang malam menyelimuti
Dingin embun membasahi
di setiap bibir pori-pori
Aku tetap saja menanti.

Karena lambaian kasih
Aku pasrahkan nafas dalam setiap hembus
Agar kasih yang kau tumpahkan impas
Tapi, semua takkan terbalas
Walau sebesar biji beras.

Bukankah aku tak pantas tuk merayu
Karena hatiku kaku
Bukankah aku tak pantas tuk merindu
Karena fikirku penuh nafsu.

Aku tetaplah aku yang kotor
Dan kau tak sedikit tau tentangku
Karena tak mungkin aku lari dari pandangmu
Wahai Tuhanku.

Tidak ada komentar :