Menatap jentik-jentik hidup dengan gamang
Persoalan dan bualan berebut kuasa dititik hilang
Ramahpun ikut membungkus duka tawa diujung ilalang
Sedihku menjiwa selaras muara langkah angan
Tawaku bisu dibilik perangai tak bertuan
Merauk jalang bendungan hidup dikediaman
Sembari lontarkan protes merah pada laju kehidupan
Riangnya siang tak terwakilkan satu katapun
Resahnya malamterurai mendung meski bersantun
Senyum pagi dikebiri tetesan dingin sang embun
Kuning keemasan sore tersentuh angin senja melamun
Langkahpun tuli menjual lembaran kertas rabun
Kedermawanan jiwa menuntun jejak langkah
Kemiskinan bersantai laku menjerat makna tujuan
arah
Jiwa raga tetaplah menemani dipucuk rindu mendesah
Ingin menemui manis madu siul cinta dalam resah
Berharap setetes ramah kenikmatan berarah
Jalan masihlah panjang meski ada titik temu
Seakan tak berujung jarak tujuan tuk bertamu
Walau segelas air putih yang diharap tuk menjamu
Raung dikejauhan masihlah tertawa memaki
Sanjungan kotor si-gagakpun juga menertawai
Sedangkan sang srigala malu tuk tampakkan diri
Hanya bersahaja menyamar dengan bulu biri-biri
Takut terbaca kata-katanya dalam satu arti
Karena disitulah ia sembunyikan rahasia hati
Hanya satu pinta yang kusematkan dalam tangis
Hanya satu mimpi sengaja cita mengisi garis
Hanya dan hanya berkabung dalam cinta hamba
mengemis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar