Saat terbengkalai bersarang menjiwai rasa
Seikat rayu membui dalam gumpalan fikir
Tak berdaya mencaci hati menghalau ketidak warasan
Mata sayu tak mampu pancarkan cahayanya,
Telinga menyambut suara sedikit samar,
Kaki tangan lunglai selembar daun,
Tubuh terhampar menjilat punggung bumi.
Disanalah taman bunga yang penuh pesona,
Disitulah kebun korma yang sedang kemerah-merahan
buahnya,
Disinilah kotoran dan sampah yang tersenyum
Sedang aku merebahkan sekujur tubuh padamu.
Aku tertawa, sedang aku sendiri.
Aku menangis, sedang tak terluka.
Aku berkata tersimak dalam tidur berbicara.
Semua tertumpuk dalam akal yang tak sehat,
Bukan gila jika aku masih mengingatmu.
Mungkin mabuk, tapi tak kenal muntah.
Disaat itulah keanehan yang berkilau.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar