Putaran waktu telah merubah
Garis hidupku dan manusia
Tapi cintaku kepada dia
Tak pernah hilang sedetik saja
Gelombang jiwa pantai asmara
Tempat berlabuh hatimu kasih
Kumenantikan tujuh purnama
Namun kini hilang dari mata
Sampai kapankah aku menanti
Sedang hatiku merintis noda
Ingin kulupakan segalanya
Agar jiwaku tak terhimpit lagi
Sanggupkah aku melupakanmu
Sanggupkah aku hilangkan cintaku
Sanggupkah aku berpaling darimu
Sanggupkah aku musnahkan cintaku
Mungkinkah malam ini
yang akan berkata tentang aku dan dia?
Ataukah mulut masih terkunci
sampai malam ini.
Semua mengalir seadanya
Tak pernah aku memaksa
Tak pernah aku merasa
tuk selalu mendiamkan rasa.
Hanya aku takut terluka
jika aku berkata,
Karena, semua belumlah nyata.
Semua terlantun dalam ikhwal
yang kadang terlihat kaku,
Namun aku tetap suka.
Nyanyian jiwa
Bersayap menembus awan jingga
Mega mega
Terburai diterjang halilintar
Mata hati
Bagai pisau merobek sangsi
Hari ini
Kutelan semua masa lalu
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Menjeritlah,
Menjeritlah selagi bisa
Menangislah,
Jika itu dianggap penyelesaian
Terfikir dalam untaian rasa
merasuk memperkosa jiwa
terbuai dalam angan semata
Hanya bisu yang kusengaja
karena tak mampu tuk berkata
Kuterima setiap sapa dengan dada
agar semua tak terlihat nyata
Karena kutakut akan terluka.
Yang aku tanya hanya,
Kemana arah senyum itu?
Aku merasa arah itu tertuju padaku
Tapi, aku takut keliru.
Karena aku sedang terbelenggu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar