Senin, 09 Juli 2012
Kata-kata yang Memikat
Kata-kata yang indah bagaikan sihir yang memikat hati, mempengaruhi tatanan jiwa, mengubah bentuk, kejadian, sesuatu dan keadaan. Ceramah dengan kata-kata yang indah mengubah pengecut menjadi pemberani, melenturkan orang yang keras kepala, menghentikan kesedihan orang yang tertimpa musibah, membuat orang yang bakhil menjadi murah hati dan mendorong penakut maju ke depan pantang mundur.Sihir (daya pikat) sebuah ceramah ditentukan oleh ketinggian nilainya (bobotnya), kedalaman maknanya, efektivitasnya, keragaman maknanya, serta kemampuannya menyentuh hati dan perasaan pendengarnya.Sihir sebuah ceramah juga ditentukan oleh cara penyampaiannya, daya tariknya, serta keindahan dan kelugasan kata-katanya. Kata-kata yang “bertuah” sanggup menciptakan banyak keajaiban, melahirkan banyak kejadian dan mendesain banyak peristiwa.Dikisahkan bahwa George Washington, presiden Amerika Serikat pertama, mengutus seorang laki-laki ke Texas, negara bagian yang memberontak kepadanya dan menolak menjadi bagian dari Amerika Serikat. Laki-laki utusan George Washington itu bernama Houston, yang namanya dijadikan nama sebuah kota di sana (Texas). George Washington mengutus Houston seorang diri tanpa pengawalan angkatan bersenjata. Houston hanya berbekalkan lidah yang tajam, fasih, lantang, tegas, lugas dan cerdas. Houston masuk ke Texas sebagai orang miskin dan sebatangkara. Kemudian ia mendirikan lembaga konsultasi hukum. Di tangannya orang yang mengaku teraniaya berubah menjadi penganiaya, penganiaya menjadi teraniaya, pencuri menjadi bebas dan orang bebas dihukum sebagai pencuri. Ia berhasil meraih simpati mayoritas penduduk Texas dan sedikit sekali yang antipati. Dengan kepiawaian dan kecerdasannya mengolah kata, akhirnya Texas mau bergabung bersama negara-negara bagian lainnya di bawah bendera Amerika Serikat.Al-Ahnaf bin Qais, tubuhnya memang kecil, fisiknya boleh lemah, penampilannya mungkin kurang sedap dipandang. Tapi ketika bicara, ia sanggup menyita perhatian, mampu menjadikan semua pasang mata tertuju ke arahnya, semua pasang telinga mendengarkan kata-katanya, dan semua hati dikuasainya. Itulah pengaruh kata-kata yang indah dan memikat.Sebagian dari penceramah ada yang ceramahnya seperti angin topan yang menerjang. Saat bicara tampak seperti marah, geram, meluap-luap, berapi-api. Bahasa tubuhnya seakan bicara: Jangan hentikan aku!” Pedang kefasihannya yang tajam membabat habis jaring-jaring kebatilan, argumen dan dalil yang meluncur dari mulutnya memutuskan semua simpul keraguan. Ketika itu dialah satu-satunya penguasa keadaan, satu-satunya guru dan rujukan, dan satu-satunya pemilik tempat di mana ia bicara.Ceramah meniscayakan keberanian yang benar, maju tak gentar, tak mengenal kata mundur atau berhenti, menghadapi khalayak tanpa rasa takut, cemas atau malu.Ceramah mengharuskan hadirnya apa yang ingin disampaikan sebelum mengatakannya, menuntut terpenuhinya benak dengan tema-tema yang hendak diutarakan, dan memerlukan persediaan yang cukup untuk menjamin mengalirnya pembicaraan. Ketika semua prasyarat itu dimiliki oleh seorang penceramah maka ceramahnya akan lancar, lantang dan penuh percaya diri, sebab materinya telah ia kuasai, jalan pikirannya telah terpetakan dengan matang, dan mentalnya telah siap untuk menghadapi ribuan massa.Awal kegagalan seorang penceramah adalah ketidaksiapan materi dan kekosongan bahan pembicaraan dalam pikirannya. Ia mengira bahwa materi, tema, ide dan bahan pembicaraan akan muncul dengan sendirinya begitu ia berdiri di depan publik. Anggapan seperti ini sama sekali tidak benar.
Artinya:Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar