Kemelut didalam belantara akal,
Semakin gemuruh dibatas kota senja.
Lencana bertabur bintang sekalipun terpental,
Karena keasyikan mencium aroma nirwana.
Kesatria pilih tanding bak hitungan pasir digurun
sahara,
Kesatria berkuda paling handal juga tak kalah
jumlahnya,
Penembak jitu bermata elang siap menghujankan
peluru.
Aku yang terperangkap ditengah panggung laga,
hanya berbekal sebotol arak.
Tak pernah terkira akan sedemikian gelegarnya
peran yang terhamparkan ditempat itu.
Maksud hati akan keluar dari selimut perang itu,
Namun kuasa tak ikut serta dengan maksud.
Maka terjerembablah aku dalam keganjilan ini.
Bukan inginku tuk menjadi prajurit,
Karena waktu aku diperankan dalam medan itu.
Aku tak bisa tuk tentukan arah kemenangan,
Sedang semu hanya mengikuti nafsunya saja.
Aku tak pernah berfikir tuk menjadi pemenang,
Karena aku hanya sendirian kala itu.
Dan aku pun tak ingin kalah,
Karena kekalahan hanya akan merubahku menjadi
seorang budak.
Maka, datangkan lah tangga yang kokoh nan tinggi,
Agar aku bisa bertemu dan memelukmu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar