Dikediaman pucuk Rindu
Tersisa bait puisi bisu
Mengisyaratkan rasa malu
Tersirat butiran sekecil debu
Dalam kisah riuh tawa palsu
Disetiap lapis dinding kalbu
Pernah kutarik pelatuk senjata
Erat perlahan terlepas menuju mata
Amunisi khusus sebesar biji korma
Terarah jelas sampai dititik jiwa
Memporak-porandakan darma
Menyucup keluh-kesah dipundak dewa
Mulutmu berkali-kali ucapkan kata
Sekedar silat lidah itu ku anggapnya
Disitulah letak kepandaianmu bertempat
Disitulah langkah indahmu memikat
Disitulah jarak dengan sengaja kau buat
Entah itu langkah kakimu bertabiat
Atau hanya perlambang sengaja kau sayat
Hanyalah bisa menilai ketika mata melihat
Hanya untuk mendengar saat lidah bersilat
Hanya bisa menyentuh wujud yang padat
Jika tak berujung turun hujan
Jangan kau mendungkan awan
Jika pagi yang kau inginkan
Janganlah malam yang kau lupakan
Jika hidup yang kau idamkan
Jangan pernah berhenti berjalan
Hidup adalah jalan
Jalan perlu tujuan
Tujuan itulah kesatuan
Kesatuan adalah milik Tuhan