Dalam
singgahsana yang beratapkan daun pisang
dan
bertikarkan rumput ilalang,
Kucumbui
pekat malam dengan kehangatan selimut kulit kijang.
Aku
yang terlena akan kemunafikan
mencabuli
hati dengan keindahan mutiara,
tak
ubahnya mensucikan kotoran anjing
dengan
kejernihan embun pagi.
Keringat
mengalir disetiap pori-pori tak terbantahkan,
hanya
dua tangan yang kumiliki
dan
keduanya sebatas daging berlapis saja.
Kosong
tiada makna
Namun,
berisi walau sebatas udara.
Disitulah
aku merajut mulai mimpi.