Senin, 02 Desember 2013

Ku Cukupkan


Ku cukupkan selembar kertas tuk menyebut namamu,
Ku butuhkan ribuan lembar tuk terangkan perangaimu.
Keasyikan selami ikhwalmu,
Membuat ku tenggelam dalam kasihmu.
Melelehlah dibenak, karena fana' menyelimuti otak.

Terpikat biru lautan menyatulah asin garam
disitulah aku yang lemah bertahan.
Tiada kawan atau pun teman yang mampu lambaikan tangan,
Ketakutan menjelma buih lautan,
Namun, kata tak mampu terlantunkan.

Seperti itulah kasihmu yang kebanyakan orang tenggelam,
Sebelum mereka mampu memeluk wujud aslimu.

Jarak menjadi penghalang tuk bercinta,
Entah itu dekat atau pun jauh, tetaplah jarak.
Ketika jarak itu ada, maka terhalanglah aku akan wujudmu.

Ku pinta seiring sanjung terindah kasih teragung,
Bersama batu, pohon dan binatang.
Aku haturkan kalbu tersuci menjadi yang pertama
tersentuh oleh tangan indahmu,
terlihat oleh mata kasihmu,

dan hembusan angin cintamu.

Ditengah Panggung Laga,


Kemelut didalam belantara akal,
Semakin gemuruh dibatas kota senja.
Lencana bertabur bintang sekalipun terpental,
Karena keasyikan mencium aroma nirwana.

Kesatria pilih tanding bak hitungan pasir digurun sahara,
Kesatria berkuda paling handal juga tak kalah jumlahnya,
Penembak jitu bermata elang siap menghujankan peluru.
Aku yang terperangkap ditengah panggung laga,
hanya berbekal sebotol arak.

Tak pernah terkira akan sedemikian gelegarnya
peran yang terhamparkan ditempat itu.
Maksud hati akan keluar dari selimut perang itu,
Namun kuasa tak ikut serta dengan maksud.
Maka terjerembablah aku dalam keganjilan ini.

Bukan inginku tuk menjadi prajurit,
Karena waktu aku diperankan dalam medan itu.
Aku tak bisa tuk tentukan arah kemenangan,
Sedang semu hanya mengikuti nafsunya saja.

Aku tak pernah berfikir tuk menjadi pemenang,
Karena aku hanya sendirian kala itu.
Dan aku pun tak ingin kalah,
Karena kekalahan hanya akan merubahku menjadi seorang budak.

Maka, datangkan lah tangga yang kokoh nan tinggi,

Agar aku bisa bertemu dan memelukmu.