Rabu, 04 September 2013

Ya Sudahlah....,

Ada yang bicara dengan belaian sayang dan kasih,
Namun hanya sekilas bunga kenanga saja.

Dengan sekuat tenaga ku siramkan air suci
Untukmu yang terkasih
Tapi tak terasa air suci kala jatuh diubun-ubunmu.

Dengan sehalus sutra ku lambaikan tanganku tuk memelukmu.
Sebening mata bayi ku tatapkan kedua mataku tuk melihatmu.
Selebar telinga gajah ku hamparkan sabarku dalam setiap kata-katamu.
Seputih mutiara ku dekapkan hatiku pada hatimu.

Ya sudahlah....,
Jika tak pernah terasa setitik pun oleh indramu.
Kucukupkan semua tentangmu
Kututup semua lembaran tulisan cerita akan dirimu
Kuhapus semua yang pernah kau coretkan dengan tintamu.

Agar aku tak lagi terikat dalam langkahku.
Ada ketenangan dikala senja berkabut,
Terbuai sajak indah tanpa kata,
Mencemooh rangsang seikat bunga,
Merampas hayal yg terngian ditelinga.

Diawal mata kau indahkan dengan senyum
Rentah sama rendah,
Tinggi terbang bersama.
Kau hanyutkan sebuah angan diambang senyap,
Kau hangatkan Cinta demi seutas tali kasih,
Peroleh keindahan sejati.

Kini satu mimpi telah tercipta,
Daun pohon yang menguning tertanggal dari batangnya,
Memupus jua angan yg telah terindahkan oleh kata-kata.
Ku pernah tak berdaya oleh rasa itu,
Entah, engkau sama ataukah tidak.

Ku mantapkan kata dalam kesamaan yang terindah denganmu.

Malam Murung Dilangit Tulungagung

Malam murung dilangit tulungagung
Bersimbah harum bunga yang ranum
Menyeringai dalam kusut
Menyongsong masa depan yang makin lesu.

Ku hantamkan senyum palsu
pada kerumunan bunga di taman ini
Berharap untung bersarang di saku
Namun tak semestinya yang ku pinta,

Engkau seperti bungaku yang dulu
Kehadiran bentukmu menyejukkan risau
Yang telah lama menghuni jiwaku
Ingin ku congkel mesrah risau itu,
Namun semakin erat Ia mengikat.

Lalu ku siramkan saja wewangian,
Agar semakin subur risau itu tumbuh.

Ku berharap,
Risau itu abadi menemani jiwaku
Jika memang risau itu potongan dari tulang rusukku.

Dikemudian kan ku jemput
Dan ku ajak menuju keabadian
yang penuh canda, tawa dan nada
dengan segelas kopi hangat dimeja
dan tiga lapis roti tawar berhias selai strawberi.


#menata jentik-jentik hingga berubah menjadi hujan.

"Cerita seorang kakek"

Sang kakek menuturkan, bahwa dia pada waktu mudanya pernah mencintai seorang perempuan, putri pamannya. Kemudian mereka menikah.

Pada malam pertama, dia berkata kepada istrinya, "Adinda, bersyukurlah kita kepada Allah. Betapa Dia telah mempertemukan kita, sehingga dapat bermesraan dalam memadu kasih seperti saat ini." Ketika waktu subuh tiba, segera bangun untuk melaksanakan sholat jamaah.

Malam keduanya masih tetap seperti malam pertama, bahkan perkataannya pada sang istri juga masih seperti malam pertama.
Malam ketiga juga masih tetap sama.

Dan malam-malam berikutnya juga dihabiskan seperti malam pertama. 
Hal demikian berlangsung terus hingga 40 tahun lamanya. Hampir setiap malam Sang kakek kepada istrinya berkata, "Bukankah kita setiap malam selalu berada dalam kemesraan dan kesenangan seperti ini, wahai istriku terkasih?" "Ya.....,begitulah suamiku tercinta." jawab Sang istri, seraya tersenyum.

Memukau Mata Telanjang

Warna-warni lampion diteras jilbab memukau mata telanjang
Menjulang angan sempat berjibaku dalam lembah bimbang
Berwajah marah seuntai harap yang menghilang
Bersendu menjajal jalan terjal penuh rintang

Kering kerontang lidah ambisi menyusul arah petang
Berburu gelombang semacam menyibak warna pelangi yang tumbuh bintang
Keindahan panorama berselimut kulit binatang
Anjing melongo bisu mencicipi tulang
Keindahan merak telah mencuri mata memandang

Sekedip tersayat menjembatani keindahan kerang
Tergores duri mawar menghambar dilidah yang usang
Seakan mencabik-cabik ari dalam untaian sayang
Mendapati terpuruk ditengah padang gersang

Nyawa tak lagi bersarang
Tubuh tak lagi merangsang
Angan tak mampu diterjang
Mimpi hanyalah sekedar kembang
Kala permata didada seperti dimakan ulat hingga kenyang.

Serpihan itu ku kumpulkan dan ku rangkai

hingga menjadi guci indah seperti sediakala.